Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apa itu Insulation Class?, berikut penjelasannya

Pentingnya penentuan Kelas Isolasi (Insulation Class) pada Motor Listrik, Untuk Performa dan Kualitas Motor yang terbaik. Pada ilmu kelistrikan kita pasti mengenal istilah kelas Isolasi atau Insulation Class, Seperti misalnya pada sebuah elektro motor, mungkin kita pernah membaca keterangan mengenai Insulation Class atau kelas isolasi yang tertera pada name plate elektro motor tersebut.

Terdapat Beberapa pilihan Kelas Isolasi atau IC (Insulation Class), antara lain, Insulation Class A, B, F dan H.

Pengertian Insulation Class atau kelas isolasi
Keterangan mengenai Insulation Class atau kelas Isolasi ini menjelaskan mengenai seberapa baik kemampuan isolasi yang digunakan pada kawat gulungan (Winding) suatu elektro motor terhadap perubahan atau kenaikan suhu atau panas.

Atau dengan kata lain, Insulation Class atau kelas isolasi adalah seberapa besar temperature atau suhu panas yang dapat di toleransi oleh bahan isolasi kawat gulungan elektro motor tersebut.

Sehingga tetap dapat berfungsi sebagai bahan isolator (Isolasi) sebelum melebihi batas tembus tegangan dan Mengalami kegagalan isolasi atau terjadi kebocoran arus atau tegangan listrik.
Tabel dan penjelasan mengenai Insulation Class A,B,F,H pada elektro motor
Tabel Kelas Isolasi
Insulation Class standard NEMA
Insulation Class atau kelas isolasi adalah pengelompokan atau pembagian kelas untuk ketahanan kawat gulungan suatu electro motor pada suhu / temperatur tertentu

Standar NEMA (The National Electrical Manufacture Association ) membagi Insulation Class menjadi 4 yaitu:
  • Insulation Class A
  • Insulation Class B
  • Insulation Class F
  • Insulation Class H

Terdapat 3 hal yang harus kita perhatikan untuk menentukan Insulation Class.

1. Ambient Temperature
Seperti yang kita ketahui bahwa saat elektro motor belum dioperasikan, maka suhu motor tersebut adalah sama dengan suhu sekitarnya, atau yang biasa disebut sebagai Suhu Ruangan (Ambient Temperature). NEMA memberi nilai standar untuk suhu ruangan yang digunakan adalah 40 derajat Celcius.

2. Rise Temperature
Kemudian, saat elektro motor tersebut dioperasikan, maka akan terjadi peningkatan suhu pada kawat gulungan atau winding elektro motor tersebut, hal ini disebut dengan Peningkatan Suhu (Rise Temperature).

3. Hot spot
Selain itu suatu margin dari titik ditengah lilitan biasanya lebih tinggi yang disebut sebagai Hot Spot.
Atau dengan kata lain Hot spot adalah titik terpanas yang terdapat dalam gulungan Elektro motor.

Insulation class atau Kelas isolasi ini, menjadi pedoman bagi kita untuk menentukan kelas mana yang akan kita gunakan, disesuaikan dengan suhu atau temperatur maksimal saat suatu elektro motor tersebut di operasikan.

Sebelum kita dapat menentukan antara Insulation Class A, B, F atau Insulation Class H, yang akan kita gunakan, terlebih dahulu kita harus mengetahui penjelasan mengenai masing-masing Insulation Class tersebut.

Insulation Class

Seperti yang kita ketahui, insulation Class atau kelas isolasi memiliki empat kelas yang umumnya digunakan, yaitu:
  • Insulation Class A
  • Insulation Class B
  • Insulation Class F
  • Insulation Class H

Sistem Isolasi dari Insulation Class ini diambil dari standar nilai NEMA (National Electrical Manufacturers Association).

Klasifikasi Insulation Class ini diambil dari seberapa besar batas maksimum temperatur atau suhu operasi yang masih ditoleransi atau diperbolehkan.

Insulation Class A
Temperatur operasional maksimum yang diperbolehkan untuk Insulation Class-A, adalah:
105 derajat Celcius.

Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah:
60 derajat celcius. Pada service faktor 1.0

Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah:
70 derajat celcius. Pada service faktor 1.15

Hot spot atau titik suhu terpanas bertambah sebesar 5 derajat celcius

Insulation Class B
Temperatur operasional maksimum yang diperbolehkan untuk Insulation Class-B, adalah:
130 derajat Celcius.

Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah: 80 derajat celcius.
Pada service faktor 1.0

Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah:
90 derajat celcius. Pada service faktor 1.15

Hot spot atau titik suhu terpanas bertambah sebesar 10 derajat celcius.

Insulation Class F
Temperatur operasional maksimum yang diperbolehkan untuk Insulation Class-F, adalah:
155 derajat Celcius.

Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah:
105 derajat celcius. Pada service faktor 1.0

Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah:
115 derajat celcius. Pada service faktor 1.15

Hot spot atau titik suhu terpanas bertambah sebesar 10 derajat celcius.

Insulation Class H
Temperatur operasional maksimum yang diperbolehkan untuk Insulation Class-H, adalah:
180 derajat Celcius.

Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah:
125 derajat celcius. Pada service faktor 1.0

Hot spot atau titik suhu terpanas bertambah sebesar 15 derajat celcius.

Penjelasan mengenai perhitungan suhu maksimum operasi yang dapat ditoleransi, sesuai dengan Insulation Class masing-masing

Insulation Class A
Temperature operasional maksimum yang diperbolehkan didapat dari penjumlahan nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau peningkatan temperatur yang diperbolehkan ditambah lagi dengan titik terpanas atau Hot spot.

Sebagai contoh, perhitungan suhu maksimum untuk Insulation Class A:

Temperatur maksimum yang diperbolehkan adalah 105 derajat celcius.

Nilai ini didapat dari:
Nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau peningkatan temperatur yang diperbolehkan (60 derajat celcius) ditambah lagi dengan titik terpanas atau Hot spot (5 derajat celcius)

Atau sama dengan:
40 derajat celcius + 60 derajat celcius + 5 derajat celcius = 105 derajat celcius

Insulation Class B
Temperature operasional maksimum yang diperbolehkan didapat dari penjumlahan nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau peningkatan temperatur yang diperbolehkan ditambah lagi dengan titik terpanas atau Hot spot.

Sebagai contoh, perhitungan suhu maksimum untuk Insulation Class B:

Temperatur maksimum yang diperbolehkan adalah 130 derajat celcius.

Nilai ini didapat dari:
nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau peningkatan temperatur yang diperbolehkan (80 derajat celcius) ditambah lagi dengan titik terpanas atau Hot spot (10 derajat celcius)

Atau sama dengan:
40 derajat celcius+ 80 derajat celcius + 10 derajat celcius = 130 derajat celcius.

Insulation Class F
Temperature operasional maksimum yang diperbolehkan didapat dari penjumlahan nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau peningkatan temperatur yang diperbolehkan ditambah lagi dengan titik terpanas atau Hot spot.

Sebagai contoh, perhitungan suhu maksimum untuk Insulation Class F:

Temperatur maksimum yang diperbolehkan adalah 155 derajat celcius.

Nilai ini didapat dari:
nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau peningkatan temperatur yang diperbolehkan (105 derajat celcius) ditambah lagi dengan titik terpanas atau Hot spot (10 derajat celcius)

Atau sama dengan:
40 derajat celcius+ 105 derajat celcius + 10 derajat celcius = 155 derajat celcius.

Insulation Class H
Temperature operasional maksimum yang diperbolehkan didapat dari penjumlahan nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau peningkatan temperatur yang diperbolehkan ditambah lagi dengan titik terpanas atau Hot spot.

Sebagai contoh, perhitungan suhu maksimum untuk Insulation Class F:

Temperatur maksimum yang diperbolehkan adalah 180 derajat celcius.

Nilai ini didapat dari:
nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau peningkatan temperatur yang diperbolehkan (125 derajat celcius) ditambah lagi dengan titik terpanas atau Hot spot (15 derajat celcius)

Atau sama dengan:
40 derajat celcius+ 125 derajat celcius + 15 derajat celcius = 180 derajat celcius.


Sebaiknya suhu pengoperasian elekto motor tidak melebihi batas maksimum suhu yang diperbolehkan sesuai dengan Insulation Class elektro motor tersebut.

Setiap peningkatan 10 derajat dari batasan suhu maksimum yang diperbolehkan, akan menurunkan life time elektro motor tersebut. Hal ini merupakan hal yang sangat penting untuk dihindari karena Insulation Class berhubungan lengsung terhadap Life time Elektromotor.


Sebagai contoh:
Jika elektro motor beroperasi pada suhu 180 derajat celcius, maka:
  • Jika menggunakan Insulation Class A, life time elektro motor tersebut hanya sekitar 300 jam operasi.
  • Jika menggunakan Insulation Class B, life time elektro motor tersebut hanya sekitar 1.800 jam operasi.
  • Jika menggunakan Insulation Class F, life time elektro motor tersebut sekitar 8.500 jam operasi.
  • Jika menggunakan Insulation Class H, life time elektro motor tersebut dapat mencapai 10.000 jam operasi.

Catatan:
Insulation Class-B
Pada umumnya, Insulation Class B digunakan untuk elektro motor produksi Amerika (US) dengan menggunakan frekwensi 60 Hertz

Insulation Class-F
Pada umumnya, Insulation Class F digunakan untuk elektro motor produksi internasional dengan menggunakan frekwensi 50 Hertz.


Demikianlah artikel mengenai penjelasan lengkap tentang Insulation Class A, Insulation Class B, Insulation Class F, Insulation Class H.


dikutip dari Insulation Class standard NEMA

Posting Komentar untuk "Apa itu Insulation Class?, berikut penjelasannya"